Senin, 19 Desember 2016

BAHTERA RUMAH TANGGAKU Episode 11

Pov sinta.

Entah kemana perginya Dimas dengan wanita itu, aku tak mengenalnya. Apakah Dimas juga berselingkuh, apakah wanita itu adalah simpanan Dimas. Aku benar benar tak tau. Apakah dimas mengetahui perbuatanku.

Semua pertanyaan itu berputar putar dikepalaku. Diatas ranjangku yang kini terasa hampa tanpa Dimas, aku mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu. Apakah dimas melihat perbuatanku di villa itu.

**​

"Halo bu, Dimas udah pulang?".

"Belum nak dia belum pulang, katanya sih dia nggak nginep sini,ada temannya yang datang kerumahmu jadinya dia nemuin temannya itu disana sekalian nginep disana. Gimana kerjaan kamu nak?".

"Lancar kok bu, ya udah titip nina yah bu,aku mau istirahat dulu".

"Iya hati hati yah disana nak".

"Iya bu". Kataku lalu mematikan telfonku.
Malam ini aku sedang berada di villa milik pak Hendra, kami mengurus beberapa kerja sama dengan perusahaan lain,namun setelahnya aku harus melayani klien klien pak Hendra itu demi melancarkan proses kerja sama kami. Dengan tubuhku yang masih polos tanpa busana aku bangun dari ranjang untuk sekedar minum akibat rasa haus setelah melayani nafsu pak Hendra yang seakan tak ada habisnya yang kini sedang pulas tertidur disampingku. Entah apa jadinya jika orang tuaku apalagi suamiku melihatku dalam keadaan seperti ini,terkadang rasa takut menghantuiku jikalau perbuatanku ini sampai ketahuan oleh mereka, namun pak Hendra selalu bisa menenangkanku dan berkata jika semua akan aman dan baik baik saja.

Akupun meraih gaun tidurku yang tipis yang tergeletak tak jauh dari ranjang dan memakainya tanpa memakai dalaman apapun. Aku lalu keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Saat aku selesai minum dan bermaksud kembali ke kamar tiba tiba saja ada yang merangkulku dari belakang, akupun spontan memberontak dan ingin melepaskan diriku.

"Tenang bu, ini saya karto". Kata pak karto supir kantorku.

"Kamu to,kirain pencuri, ngaggetin sih", kataku sambil memukul tangannya pelan yang melingkari pinggangku.

"Hehe uhh bu Sinta biar keringetan tetep wangi", kata karto sambil mengendusi leherku membuatku menggelinjang kegelian.

"Udah to,aku capek tau habis ngelayanin pak Hendra".

"Sekali lagi lah bu yah, ditinggal ngerokok sebentar tadi udah maen lagi aja ama pak Hendra mana kamarnya dikunci lagi tadi, padahalkan mau ikutan juga".

"Ya udah deh lepasin dulu dong", kataku. Karto pun melepaskan rangkulannya,aku lalu membalikkan badanku, dengan sekejap kami sudah mulai berciuman dengan liarnya, lidah karto bermain main dirongga mulutku,terkadang aku membalas perlakuannya dengan menghisap dan mengulum lidahnya.
Tangan karto pun tak tinggal diam, ia dengan gemas meremas payudaraku yang masih terbungkus gaun tidurku, kubalas perlakuannya dengan mengelus penisnya yang masih tertutupi celana pendeknya.

"Hmmpp muach muach", suara ciuman kami mulai mengisi sepinya ruang dapur di villa ini. Sambil terus berciuman karto mendudukkan tubuhku pada meja makan kosong yang dekat dengan tempatku berdiri, kami lalu berhenti berciuman kemudian karto mencoba melepaskan gaun tidurku,aku lalu membantunya dengan mengangkat kedua tanganku keatas. Setelah bajuku terlepas Karto masih menahan tanganku agar tetap diatas, ia kemudian menjilati permukaan ketiakku hingga aku menggelinjang kegelian.

"Aahh sshh geli pak", desahku.
Karto menjilati ketiak kiri dan kananku,lalu ia dengan gemas merapatkan wajahnya ke arah dadaku yang montok, ia menjilati lalu merapatkan kedua payudaraku dan mengulum kedua putingku secara bersamaan menambah sensasi nikmat yang kurasakan.

Lidah karto lalu turun melewati perutku yang mulus dan rata,tangannya mengangkangkan kakiku, ia lalu mengulum klitorisku dan terkadang lidahnya menyapu belahan vaginaku yang sudah merekah.

"Oughh pakk,iyahh ahh itilnya uhhh", desahku nikmat sambil menjambak rambut pak Karto.

Tak mau berlama lama karna kurasakan cairan vaginaku sudah merembes keluar,pak Karto lalu berdiri dan membuka celana pendeknya tanpa membuka bajunya, ia lalu mengarahkan penisnya yang panjang namun sedikit kurus itu kearah vaginaku, sejenak ia menggesekkan kepala penisnya dibelahan vaginaku.

"Uhh masukin aja pak jangan digesekin".

"Hehe nggak ah maunya digesekin aja di memek tembem bu Sinta",kata Karto sambil menggodaku.

"Ayo dong pak,entot Sinta, udah nggak tahan nih ahhh". 

"Ya udah nih rasain kontolku".

Karto dengan cepat menghujamkan penisnya lalu menggenjotku dengan tempo cepat. Sambil terus memompa penisnya didalam vaginaku,ia memeluk tubuhku yang sudah basah oleh keringat,sungguh geli saat putingku tergesek oleh dada kurus pak Karto.

"Uhj ahh ahhh ahhh", aku hanya bisa mengerang karena nikmat.

"Oohh memeknya bu Sinta emang yang paling sedap".

Karto lalu melepas pelukannya pada tubuhku dan mulai meremas kedua payudaraku yang bergoyang naik turun secara cepat akibat hujaman demi hujaman penis pak karto,suara selangkangan kami yang beradu amat terdengar keras,terkadang aku mendongakkan kepalaku karna tak tahan akibat rasa nikmat.

Karto lalu menarik leherku dan mendekatkan wajahku pada wajahnya, kami lalu berciuman sambil menjilati lidah,tangan pak karto kini bertumpu pada pinggulku dan pompaannya kurasakan makin cepat dan cepat. Hingga menghantarkanku mencapai puncak kenikmatan.

"Hmmpp ahh pakkk akuu kellluaaarrr oooohhhhh"; pekikku sambil menggelinjang,tubuhku bak busur panah melenting, otot otot vaginaku berkontraksi meremas penis pak karto yang diam bersarang di vaginaku.

"Hehe udah keluarr yah bu muacchh", kata karto sambil mencium bibirku.

"Uhh uhh", aku hanya bisa mengangguk sambil mencoba mengatur nafasku.

Pak karto lalu mencabut penisnya dan menyuruhku bersimpuh di hadapannya, ia lalu mengarahkan penisnya tepat dihadapan wajahku. Dengan semangat aku lalu menghisap batang berurat itu sambil sesekali lidahku bermain di kepala penis pak Karto yang besar seperti kepala jamur itu.

"Trus non sepong terus", kata pak karto lalu memegang kepalaku dan mengocok penisnya didalam mulutku membuatku terbatuk batuk.

"Hnggg glock glock glock uhuk uhuk, pelan pelan dong pak".

"Hehe maaf yah non Sinta,abis enak banget", kata Pak karto sambil membantuku berdiri. Ia lalu mengarahkan tubuhku membelakanginya, dengan posisi menungging aku merasakan vaginaku mulai dimasuki kembali oleh penis pak Karto.

"Plak, oughhh ", desahku ketika pak Karto menampar pantatku yang membulat itu.

"Bu sinta emang sexy banget, plok plok plok", puji karto padaku sambil dengan perlahan mulai mengeluarmasukkan penisnya didalam vaginaku".

"Ouhh trus pak sodok terus umhh oughh ",desahku sambil ikut menggerakkan tubuhku maju mundur.

"Wah wah wah,pantesan ngilang lagi entot entotan toh", terdengar suara Pak Hendra.

"Hehe maaf bos,abis nggak tahan liat bodinya Sinta", kata pak Karto sambil menggenjot tubuhku dan meremas kedua payudaraku.

"Ikutan dong to,bangun tidur enak kayaknya kalo disepongin nih. Kata Pak Hendra yang mungkin sedang berdiri dibelakang pak Karto.

Pak karto lalu meraih kedua tanganku dan merubah posisiku yang semula menghadap ke meja makan, kini aku dapat melihat pak Hendra yang berdiri dihadapanku sambil memelorotkan celananya dan membuat penisnya yang cukup gemuk itu tepat berada didepan wajahku. Aku lalu mengulum penis pak hendra sambil tetap disetubuhi dari belakang oleh pak karto.

"Sedapp,trus sayang", kata pak Karto menyemangatiku yang sibuk mengocok dan menghisap penisnya yang seakan tak muat dimulutku.

"Ahhh bu saya mau kelluarr nih", erang Karto sambil memegangi kedua pinggulku sehingga kini aku tak dapat berkonsentrasi mengulum penis pak Hendra.

"Haha udah mau keluar aja lo karto". Kata Pak hendra.

"Ohh sedep bener nih memek,udah dari ahh setengah jam yang lalu pak soalnya, ah bu Sinta nggak tahan". Erang karto sambil menjawab pertanyaan pak Hendra. Dapat kurasakan penisnya kian mengeras didalam vaginaku dan menggeseki seluruh bagian sensitif didalam vaginaku membuatku tak tahan juga ikut mencapai orgasmeku.

"Ahh aku juga pak iya truss sodok aku ohhh", erangku kenikmatan sambil mengocok penis pak Hendra.

"Ahh kelluaarr bu. Croott croott", teriak pak Karto dan menghujamkan penisnya edalam dalamnya di vaginaku.

"Ohhhhhhhhh", aku hanya bisa mendesah,mulutku membentuk huruf O sambil tubuhku ikut bergetar merasakan semprotan demi semprotan air mani pak Karto dalam vaginaku,aku sudah tak mempedulikan apakah aku akan hamil karenanya atau tidak. Difikiranku saat ini hanyalah mencapai kenikmatan yang setinggi tingginya.

Dengan perlahan pak karto mencabut penisnya, saat penis itu tercabut aku merasakan hampa karena tak ada yang mengisi relung vaginaku. Dapat kurasakan cairan mani pak karto mengalir dipahaku.

"Sini dong sayang", kata pak hendra yang entah sejak kapan duduk dikursi disampingku. Dengan lemas aku menghampirinya dan duduk dipahanya lalu berciuman dengannya. Tangannya lalu masuk kevaginaku dan mengocoknya sehingga cairan mani pak Karto keluar dari dalam vaginaku.

"Nah sekarang kamu yang diatas ya sayang", kata pak Hendra sambil menuntunku duduk diantara kedua pahanya, tanganku lalu mengarahkan penis gemuknya memasuki vaginaku yang kian basah akibat cairan vaginaku dan juga air mani pak Karto yang entah kemana perginya.

"Oughhhh pakkk", desahku saat penis kesayanganku itu amblas didalam vaginaku.

Dengan tempo perlahan pak Hendra mulai menaikturunkan tubuhku mengocok penisnya didalam liang kenikmatanku dengan posisi membelakanginya. Kami berdua bagai pasangan yang baru menikah,sambil pak hendra memberikan rasa nikmat didalam vaginaku. Ia mencium dan mencumbui leher,pipi dan bibirku. Aku lalu membalas cumbuannya dengan mengarahkan tanganku kebelakang meremas lembut rambutnya sambil terus berciuman. Pinggulku pun ikut membalas setiap hentakan demi hentakan penis pak Hendra dari bawah.

Aku lalu memutar tubuhku menghadap pak Hendra lalu meneruskan ciumanku, kini aku yang sibuk menyetubuhi pak hendra yang diam saja menyambut vaginaku menggeseki penisnya yang amat keras itu.

"Truss sayang entot trus kontolku ahh".

"Ohh pak enakkan pak,enakkan memekku".

"Iya sayang enakk kok,gimana yah kalo suamimu ngeliat kamu ngentotin kontol laki laki lain".

"Hngg oughh nggak tau pakk ahh sodokin juga dong pak kontolnya".

"Iya tapi coba minta izin dulu ke suamimu sayang".

"Dimas sayang,pak hendra nggak papakan nyodokin kont ahhh kontolnya dimemekku soalnya enak banget sayang".

"Iya sayang",jawab pak hendra seakan akan dia adalah Dimas. Entah kenapa setiap berfantasi jika aku sedang disetubuhi sambil disaksikan oleh suamiku,semakin menambah kesan enak dan nikmat, ketika nafsuku sudah di ubun ubun aku sudah tak memikirkan ini benar atau salah yang jelas aku hanya ingin mencapai kepuasanku.

"Ohh makasih sayang aku cinta kamu,sodokin pak udah ada ijin dari suami uhhh ku,ayo pak sodokin kontolnya di memekku", pekikku sambil dengan cepat menghujamkan vaginaku diselangkangan pak Hendra.

"Hehe rasakan nih sayang, plak plak plak", erang pak Hendra yang kini mulai menyetubuhiku dari bawah.

"Oughh truss sayang truss", desahku nikmat dan ikut menggoyangkan pinggulku menggilas penisnya.

"Ahhh ahh kayaknya oohh udah mau keluar nih sayang", pekik pak Hendra.

"Ohh trus pak, dimas sayang, pak hendra mau mejuhin memekku loh ohh bolehkan?".

"Iya sayang",jawab pak Hendra lagi berpura pura menjadi Dimas.

"Ahh keluarinn pak bareng ama akuhh,pejuhin memekku".

"Aargggh sintaaaa", teriak pak Hendra lalu menusukkan penisnya dalam dalam.

"Oughhh pak Hendraaaaaa", teriakku yang ikut mencapai orgasmeku yang ketiga kalinya, tubuh kami sama sama mengejan, aku hanya bisa mendongakkan kepalaku saat meraih puncak orgasmeku. Setelah itu tubuhku yang lemas langsung ambruk dipelukan pak Hendra dan langsung tertidur.

***​

Keesokan harinya aku terbangun siang hari, entah kapan aku dibawa pak Hendra kembali menuju kamar, tidurku sungguh pulas akibat permainan semalam. Kudapati pak Hendra masih tertidur disampingku. Aku lalu membangunkannya dan setelah itu mandi.

Usai mandi aku lalu bersiap siap untuk segera kembali pulang kerumah, akibat macet aku baru sampai dirumah ketika sore hari. Selama diperjalanan tadi aku masih saja harus melayani nafsu pak hendra dengan mengulum penisnya hingga ia memuncratkan maninya dalam mulutku. Aku menolak untuk ia menyetubuhiku karena takut aroma persetubuhanku tercium oleh orang tuaku ataupun Dimas.

Sesampainya dirumah Dimas ternyata sudah pulang, namun entah kenapa ia tak menyambutku seperti biasanya. Hal aneh lainnya saat aku hanya berdua dengannya ia tak mau mengajakku berbicara. Aku merasakan hal yang tak enak, namun baru ingin kutanyakan ia sudah pergi lagi entah kemana.

Begitulah yang kualami saat bersama pak Hendra dan sejak saat itu entah kenapa sikap Dimas kini dingin padaku, aku tak sempat berbicara padanya karena ia hanya pulang sebentar mengganti baju lalu pergi entah kemana tanpa pamit kepadaku.

Diatas ranjang aku meringkuk memeluk guling,ada apakah dengan Dimas,apakah aku ketahuan. Aku hanya bisa menangis karena perubahan sikap Dimas lalu tertidur sambil berharap jika ia tak tahu perbuatanku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Kazeros © 2011 Templates | uzanc