Episode 7
Dihadapanku kini Dimas hanya duduk terdiam setelah kuutarakan niatku padanya, sebenarnya sebagai wanita akupun merasa risih dan sungkan memberitahukan tentang rencana suamiku Andi ini,namun disatu sisi lain akupun sebenarnya ingin memiliki anak dan mungkin inilah jalan satu satunya agar aku dan suamiku memilikinya.
Mas Andi memang mengalami kemandulan, kami tahu saat pernikahan kami sudah berjalan setahun, kami berdua heran mengapa bisa aku belum juga hamil padahal kami berhubungan badan setidaknya 3 kali seminggu bahkan saat aku dalam masa subur kami selalu menghabiskan waktu seharian untuk melakukan hubungan sex. Mas Andi selalu menyempatkan waktu menyetubuhiku sebelum ia berangkat kerja namun entah kenapa belum juga ada hasil.
Kami berduapun segera memeriksakan diri ke dokter spesialis,dan setelah beberapa lama pasca pemeriksaan kami baru tahu jika suamiku itu mandul. Kandungan spermanya terbilang sedikit dan tak kuat melewati dinding sel telurku.
Setelah saat itu mas Andi mengalami depresi yang cukup berat,namun aku sebagai istrinya yang memang benar benar mencintainya hanya mampu menghiburnya, aku juga mengajukan saran untuk mengadopsi anak saja.
Saat kunjungan orang tua kami,beberapa kali ia menyinggung mengapa kami belum memiliki momongan. Mas Andi hanya bisa tersenyum kecut dan berkata jika mungkin memang belum diberi oleh Yang Maha Kuasa. Kami memang belum memberitahukan perihal kemandulan mas Andi pada mereka dan sebenarnya aku ingin menutupi hal itu pada mereka. Begitupun dengan mas Andi yang pasti akan malu jika mereka tahu bahwa ia mandul.
Semenjak saat itu perlakuan mas Andi padaku menjadi dingin,ia bahkan jarang untuk mengajakku berhubungan badan. Seringkali pula ia pulang dengan keadaan mabuk, ketika kunasehati ia malah memarahiku. Perilakunya itupun semakin menjadi saat kami pindah rumah dan tinggal bersebelahan dengan Rumah mas Dimas. Jujur saat pertama kali melihat mas Dimas aku merasa biasa saja, namun akibat perlakuan dingin dan keras oleh suamiku dan dibarengi dengan perhatian dan sikap lembut mas Dimas, membuat lama kelamaan aku mulai menyukainya. Aku bahkan tanpa sadar membandingkan suamiku dengan Dimas yang begitu sayang pada Sinta istrinya. Dan oleh karena itu terkadang Andi malah semakin memarahiku.
Puncaknya saat sore itu ia melihatku sedang berbincang dengan Dimas serta temannya. Mas Andi menuduhku selingkuh tanpa alasan yang jelas lalu menyiksaku. Untunglah ada Dimas yang menolongku.
"Apa kalian yakin dengan permintaan kalian?, karena jujur aku tak bisa seperti itu Indah. Itu sama saja aku berselingkuh dibelakang istriku". Kata Dimas.
"Akupun juga sebenarnya ingin menolak mas,namun ini permintaan Mas Andi dan mungkin ini satu satunya jalan".
Dimas kembali terdiam,dapat kulihat ia berfikir keras akibat permintaan kami ini. Aku teringat kembali saat bagaimana mas Andi menyampaikan rencana ini padaku.
"Sudahlah bang nggak usah terlalu difikirin nanti aku bakalan nyoba ngobrol lagi ama mas Andi".
"Ya udah, nih kamu makan dulu yah", kata Bang Dimas sambil meraih nampan yang berisi makananku. Ia lalu membantuku makan karena memang tubuhku masih lemas. Setelah makan ia kemudian membantuku meminum obat. Setelah itu kami lalu berbincang dan tak membahas lagi masalah permintaan Andi. Aku lalu kemudian pamit untuk tidur karena kami berbincang hingga tak terasa larut malam.
***
Keesokan paginya aku terbangun, aku melihat suamiku yang masih memakai seragam kerjanya tertidur sambil duduk dengan kepala bertumpu disisi ranjangku, kulihat di arlojinya jam menunjukkan pukul 10 pagi. Aku dengan hati hati mencoba menggerakan badanku melemaskan otot ototku. Namun akibat gerakanku itu membuat Mas Andi terbangun.
"Eh kamu udah bangun", kata mas Andi dengan wajah mengantuk
"Iya, bang Dimas kemana?", tanyaku.
"Gini bang Dimas tadi ditelfon katanya dia dapat pemberitahuan kalo ia keterima kerja dan disuruh ke perusahaan yang dia lamar", kata Andi.
"Hooh syukurlah kalo dia bisa kerja lagi", kataku. Semoga dengan permintaan mas Andi yang kusampaikan semalam tidak menjadi beban pikiran Dimas.
oo0oo
Saat ini aku sudah berada di perusahaan tempat aku melamar, tadi pagi aku ditelfon oleh orang HRD perusahaan ini, untung saja saat itu Andi sudah datang dengan masih memakai seragam kerjanya. Akupun segera berpamitan dengannya dan pulang dulu kerumah untuk mandi. Saat dirumah tak kutemui Sinta. Aku lalu menelfonnya dan ia berkata bahwa ia sudah berangkat dan menitipkan nina di rumah mertuaku.
Setelah itu aku lalu mandi dan berpakaian rapi kemudian menuju ke kantor tempat aku melamar pekerjaan.
Aku sudah bertemu dengan orang HRD dan kini aku diminta untuk bertemu manajer perusahaan. Aku lalu mengetuk pintu dan setelah dipersilahkan masuk aku lalu memasuki ruangan manajer itu.
"Siang pak Dimas, kenalkan saya Ricky suhendar manajer perusahaan ini".
"Siang pak saya Dimas".
"Silahkan duduk pak", kata pak Ricky lalu mulai menjelaskan tentang jobdesk dan aturan perusahaan.
"Nah apa ada hal yang bapak tidak mengerti".
"Saya rasa jelas pak". Kataku.
"Oh iya satu hal lagi, bapak Dimas mungkin ditempatkan dulu dikalimantan selama setahun atau lebih, dikantor ini bapak hanya akan ditempatkan seminggu, apa bapak siap?".
"Hmm siap pak", kataku. Aku sama sekali tak menduga jika aku akan ditempatkan disana, nampaknya aku akan berjauhan dengan anak dan istriku.
"Baiklah kalo begitu mulai besok bapak sudah bisa masuk kerja, selamat bergabung", kata pak Ricky sambil menjabat tanganku.
Aku lalu berjalan keluar menuju parkiran, akhirnya aku bisa bekerja kembali, untuk sementara kukesampingkan permintaan Andi dan indah dulu dan aku memang tak berencana mewujudkan permintaan mereka, mungkin inilah babak baru bagi kehidupan rumah tanggaku.



0 komentar:
Posting Komentar