Senin, 19 Desember 2016

BAHTERA RUMAH TANGGAKU Episode10

pov Dimas

Dihadapanku kini seorang wanita berjilbab memakai baju lengan panjang berwarna biru dan juga celana kain panjang berwarna hitam, berkacamata tengah memandangiku penuh harap untuk menjamah tubuhnya. Aku tak pernah menyangka akan mengalami hal ini terlebih lagi bersama Indah. Aku pun berjalan mendekatinya, meraih tangannya dan menggenggamnya. Ada sedikit rasa perih yang kurasakan di telapak tanganku akibat luka kecil goresan pecahan meja kaca yang kupukul tadi.

Akupun sedikit membungkuk mencium keningnya beberapa kali. Kemudian pindah ke pipi kiri dan pipi kanannya. Terakhir akupun mencium bibirnya yang agak tebal dibagian bawah namun semakin menambah kesan sensual pada bibirnya. Awalnya hanya kecupan kecupan kecil, lalu berubah menjadi saling menghisap bibir dan lidah. Genggaman tanganku ia lepaskan dan ia merangkul punggungku sementara tanganku menelusup disela sela tangannya dan merangkul pinggangnya.

"Hmmp muach", suara kecipak bibir kami menghiasi kamar ini. Kamar yang biasanya kupakai untuk bercinta dengan sinta namun kini aku memakainya untuk bercumbu dengan wanita lain. Namun kini aku anggap sebagai pembalasan untuk sinta karna memakai kamar ini untuk bersetubuh dengan pria lain sementara aku tidur disampingnya seperti yang ada didalam video tadi.

Cukup lama aku dan indah berciuman, nafas kami berdua kian memburu akibat nafsu yang sudah mulai merangkak naik. Aku kemudian membopong indah ketempat tidur dengan mengangkat tubuhnya menyamping. Ia awalnya kaget dan reflek merangkulkan lengannya di leherku. Kuturunkan tubuh mungilnya ditempat tidur dan mulai mencumbuinya lagi. Kini kami saling bersisian diatas tempat tidur dan saling berciuman dengan mesra.

Entah kenapa aku merasakan perbedaan kali ini saat mencumbu indah, ada perasaan sayang yang lebih kuat muncul dihatiku dibandingkan saat aku sedang bercumbu dengan sinta. Tanganku kini bergerak mengelus perutnya naik ke arah dadanya yang masih tertutupi baju. Kusingkap baju itu hingga ke dadanya menampilkan perut rata indah. Kulitnya benar benar putih dan halus. Kuelus perutnya hingga ia menggelinjang kegelian. Tanganku makin bergerak naik menuju buah dadanya yang masih tertutupi bra berenda berwarna pink.

"Sebentar mas", kata Indah tiba tiba. Ia bangkit dengan posisi duduk melepaskan jilbabnya, sehingga kini rambut panjangnya terurai. Ia pun melepaskan kaca matanya dan menaruhnya di meja kecil. Lalu ia membuka baju itu dan menyampirkannya pada dipan tempat tidur, menyisakan bra saja yang masih menutupi bongkahan sepasang payudaranya yang menyembul dibaliknya.

"Maaf yah mas, punyaku kecil, tak sebesar punya istri mas", kata indah dengan malu malu.

"Buat apa besar Indah, jika payudaranya dinikmati pula oleh lelaki yang bukan suaminya"

Indah kemudian membuka pengait branya. Terpampanglah payudara yang cukup proporsional tak terlalu besar namun tak juga kecil, membulat menggantung sempurna di dadanya. Puting dan areolanya pun kecil dan berwarna pink kecoklatan, ternyata Indah bukan namanya saja namun tubuhnya pun indah.

Aku dengan perlahan menyentuh buah dadanya, telapak tanganku pas melingkupi seluruh bagian payudaranya. Dengan posisi duduk kami kembali berciuman. Tangankupun tak tinggal diam, ikut meremas payudaranya sambil jemariku memainkan putingnya yang makin mengeras dan menegang.

Aku membaringkan tubuh indah, menciumi lehernya yang putih mulus dan jenjang itu. Tanganku masih asyik meremas payudara kanannya dengan tangan kiriku. Aku lalu menggeser tubuhku kebawah, kini sepasang payudara indah begitu dekat diwajahku. Kujilat bagian pinggir payudara terus hingga menuju keputingnya.

"Aaahhh", indah mendesah, suara desahannya makin menambah gairahku.
Puting payudaranya kumainkan dengan lidahku. Aku lalu berpindah dari payudara kiri sinta menuju payudara kanannya. Tangan sinta menjambak rambutku mengekspresikan kenikmatan yang ia rasakan. Ia menekan kepalaku ke arah dadanya sehingga kadang aku kesulitan bernapas.

Sejenak aku menjauhkan kepalaku dari dadanya. Memandangi wajahnya yang kini memerah sambil tanganku asik meremasi kedua payudaranya. Aku lalu mencoba membuka celana kain yang dikenakan indah. Ia mengangkat sedikit pantatnya memudahkanku melolosi celananya. Indah ternyata memakai celana dalam bermotif kembang. Kuelusi vaginannya yang masih terbungkus itu. Terasa lembab dibagian tengahnya. Perlahan kusingkap bagian tengah celana dalamnya menampilkan vagina yang berwarna pink, tubuh Indah betul betul sempurna. Saat pertama kali lidahku menyentuh bagian bibir vaginanya, tubuh indah tersentak bagaikan tersengat aliran listrik. Kukangkangkan kakinya agar aku yang tengah membungkukkan badan diantara kedua pahanya lebih leluasa bergerak. Kujilati permukaan vaginannya yang sudah sangat basah itu. 

Cukup lama aku memainkan lidahku disana terkadang lidahku menelusup masuk ke lubang nikmatnya. Tangan indah tak berhenti menjambak rambutku.
Karna merasa terhalangi aku kemudian membuka celana dalam indah, lalu kembali mengoral vaginannya. Usapan lidahku kini merembet pada klitorisnya yang mungil namun nampak membengkak itu.

"Hmmmp uhhh sshhh" desah indah.

Aku lalu memfokuskan jilatanku pada itilnya sementara jari tangan kananku mulai kutusukan pada lubang vaginannya mencoba mencari Gspotnya. Saat kudapatkan titik itu aku menggesekan satu jari tanganku secara perlahan sambil lidahku tetap sibuk menjilati klitorisnya. Terkadang pula kusedot daging kecil itu. 

"Ahh bang, ennak" erang indah

Kupercepat gesekan jariku dalam vagina indah. Kini 2 jari tangan kananku mulai menusuk dan menggesek bagian dalam vaginanya, indah hanya mengerang erang kenikmatan, ia menggeliat geliat bagai cacing kepanasan.

"Ahh terus bang diiikkit lagii uhh"
Kurasakan dinding vagina indah mulai berkontraksi sepertinya sebentar lagi ia akan mencapai klimaks. Kocokkan tanganku makin cepat.

"Ahhhh ssh ahh bang, bang dimasss uhh ouhhh kellluaarr bangg, ahhh indah pippiss uhhhh"

"serrr serr serrr ..

Indah mencapai klimaksnya, pinggulnya terangkat, ketika kulepaskan jariku dari dalam vaginanya, cairan orgasmenya menyemprot begitu kuat. Indah squirt dengan tubuh mengejang, cairan itu sedikit membasahi sedikit pipiku dan banyak membasahi bagian seprei ranjang ini. 
Aku turun dari ranjang melepas seluruh pakaianku. Lalu rebahan disamping indah yang sedang mengatur nafasnya akibat sisa sisa orgasmenya. Kupeluk sejenak tubuh indah.

"Enak hosh sekali bang tadi, Andi belum pernah membuatku orgasme hosh sampai seperti itu", kata Indah dengan nafas terengah engah.

Indah lalu bangkit dan duduk menghadapku sejenak ia tersenyum kemudian membungkukkan badannya dan mencium bibirku. Tangan kanannya mengelus elus penisku lalu kemudian mengocoknya perlahan.

Ia lalu menggeser badannya dan bersimpuh diantara kakiku lalu kembali mengocok penisku. Tak berapa lama indah berusaha mengulum penisku. Ohh betapa nikmat saat perlahan ia mulai menjilati dan mengulumnya.

"Ahh Indah enak dek", desahku.

Permainan lidah ditambah kulumannya membuat penisku makin mengeras saja. Ia lalu mengangkat pinggulku lalu ia menaruhnya diatas pahanya. Ia lalu menjepit batang beruratku itu dengan payudara indahnya. Kulit payudaranya yang halus dan licin akibat peluh yang membasahi dadanya itu.

Selama 5 menit indah mengocok penisku dengan payudaranya. Ia lalu bangkit dan sambil bertumpu dengan lututnya ia mengangkangi selangkangan sejenak ia mengocok penisku. Bagin kepala penisku ia gesekkan dengan klitorisnya. Ia lalu mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Secara perlahan penisku mulai menyeruak masuk kedalam vaginanya. Indah mendongak akibat kenikmatan yang kami berdua rasakan.

"Ouugghh" kami berdua mengerang bersamaan.

Sejenak indah mendiamkan penisku didalam vaginanya. Ia sedikit memainkan otot otot vaginanya meremas remas penisku.

"Enak sekali dek, memekmu sempit sekali"

"Punya mas juga enak"

Sejenak kami saling memuji, perlahan indah menggerakkan pinggulnya maju mundur. Tangannya ia tumpukan pada dadaku. Indah lalu memvariasikan goyangan pinggulnya maju mundur, terkadang naik turun. Penisku makin lancar keluar masuk dari vaginanya, akibat cairannya yang kian membanjir.

"Ohh ohh uhhh, ahh mass enak banget", erang indah dengan suara manjanya.

"Trus dek, goyang terus", kataku menyemangati indah.
Indah lalu memutar badannya membelakangiku. Lekuk tubuhnya makin terlihat sexy dari belakang. Gerakan naik turun pinggulnya makin liar, otot vaginanya berkontraksi kembali.

"Uhhh mas, ahh kayaknya bentar lagi dapet mas" erangnya tak lama kemudian ia menggelinjang dan mengangkat pinggulnya hingga penisku terlepas dari cengkraman vaginanya.

"Ahh mas kellluuaaarr laaggiii !!", teriak indah sambil vaginanya menyemprotkan cairan orgasmenya dengan begitu kuat. Kedua tangannya yang ia tumpukan pada pahaku sedikit bergetar.

"Masukin lagi mas, tusuk lagi memekku pliss", kata indah.
Kuarahkan kembali penisku keatas bersiap memasuki vaginanya lagi. Dengan cepat penisku dan vaginanya kembali bersatu. Aku mulai aktif dengan menggerakan pinggulku keatas dengan cepat. Tak butuh waktu lama ia kembali berteriak karna ia kembali mencapai orgasmenya.

"Aargghh maassss ennaakkk", teriaknya.

Aku lalu bangkit dan secara tiba tiba merebahkan tubuh indah disampingku bersiap kembali menikmati vaginanya namun tiba tiba suara pintu terbuka sedikit mengaggetkanku kulihat Dian masuk lalu mengunci pintu.

"Aku nggak tahan dengerin permainan kalian. Kata dian yang mulai membuka dress mininya lalu bra dan gstring yang ia pakai. 



"Aku ikut yah indah, katanya setelah naik keranjang dan bersimpuh disampingku. Indah hanya mengangguk saja. Aku lalu mengangkangkan kedua kaki Indah, penisku dengan mudah kembali masuk ke vaginanya. Awalnya aku merasa canggung dengan kehadiran Dian, namun saat kulihat tubuh telanjang Dian, dengan payudaranya yang besar dan kulit yang putih kian menambah nafsuku.

Dian tak tinggal diam. Ia mencium bibirku sambil tangannya mengarahkan tanganku meremas remas payudaranya. Konsentrasiku kini terpecah untuk memuaskan kedua wanita ini. Lelah berciuman Dian lalu berdiri diatas ranjang, mengangkangi tubuh Indah dengan membelakanginya dan vaginanya tepat berada didepanku.

"Jilatin memekku Dim", kata Dian dengan suara parau sambil mencondongkan vaginanya ke Arah wajahku.
Vagina Dian yang sedikit berbulu itupun kujilati dengan rakus, sedangkan tangannya meremas remas payudaranya sendiri. Goyang pinggul indah yang menyambut hujaman penisku makin terasa liar maju mundur. Kurasakan titik klimaksku akan segera sampai.

"Ohhh mass akuu mauu kelluaarr mass ahh",

"Hmmmp ahh akuu juga dekk",

"Tummpahinn mass kelluarrin ouhh dalamm memekku, oughh hamilin aku mass"

"Hmmmppp", aku hanya menggeram dengan mulut tersumpal oleh vagina Dian, entar berapa kali kutembakkan spermaku kedalam vagina Indah.

"Argghhh masss pejuuhhnya banyak bangget, inndah keluarrr juga mass ahhhh", teriak indah dengan tubuhnya yang mengejat ejat. Aku hanya mendiamkan penisku didalam vagina indah merasakan dinding vaginanya yang kiian banjir akibat cairan klimaks kami berdua. Sementara itu Dian dengan semangat menggesekan vaginanya ke arah wajahku.
Sungguh aneh, setelah aku berejakulasi penisku masih tetap tegang hanya sedikit melemas saja, mungkin karna aku begitu bernafsu akibat hadirnya Dian dengan tubuh telanjangnya yang cepat membangkitkan gairahku.

"Ahh Dimas sayang aku mau dapet nih uhh", Erang Dian sambil sebelah tangannya makin menekan kepalaku ke arah selangkangannya.

"Uhghhhhhh", Dian mengerang ia berkelojotan sambil meremas rambutku akibat orgasme yang ia dapatkan.

Tak lama kemudian Dian mengambil posisi menungging disamping Indah. Saat kucabut penisku yang belum menegang sempurna dari vagina Indah, beberapa cairan spermaku merembes keluar.

"Dim, entot aku plis, memekku gatel banget", kata Dian sambil menggerakan pinggulnya kekanan dan kekiri. Sejenak kupandangi Indah meminta persetujuannya.

"Nggak apa bang, asalkan pejuhnya abang masukin ke memek Indah", kata indah.
Aku lalu mengambil posisi setengah berdiri dengan bertumpu pada lututku. Sejenak kugesekkan penisku kebelahan pantat montok Dian. Sensasi gesekan itu makin menambah kian mengerasnya batangku.

"Cepat dim, jangan siksa aku", kata Dian tak sabar. Aku lalu mulai mengarahkan penisku yang sudah menegang itu kearah lubang vaginanya yang nampak kembang kempis dan sudah sangat basah itu. Lalu secara tiba tiba kuhentakkan penisku menghujam kedalamnya.

"Blesshh plaakk", suara penisku yang menyeruak masuk, dan hantaman selangkanganku pada bokong sexy Dian.

"Ugghhhhh", Dian melenguh. Aku tak percaya mengalami pengalaman seperti ini dalam semalam bisa menyetubuhi 2 orang wanita cantik dan bertubuh bak bidadari seperti mereka.
Kurapat paha Dian agar vaginanya makin kuat mencengkram penisku. Kugenjot perlahan menikmati sensasi vagina Dian. Lalu tak berapa lama kupercepat genjotanku sehingga suara hantaman selangkangannku dan pantat Dian makin membahana mengisi ruang kamar ini.

"Ahh uhh terus dimm uhh enak banget", kata dian mengerang

"Uhh memekmu nikmat Dian", kataku dengan nafas tersengal.

"Ougghh uhhh dek indah remes toket yah sayang", ceracau Dian pada indah. 

Indah lalu mengangkat tangan kirinya menggapai payudara indah yang bergelantungan bebas. Sementara tangan kanan Indah menggapai klitorisnya sendiri dan mulai menggesekkan tangannya pada itilnya itu. Sesekali saat genjotan penisku kulemahkan. Dian dan indah berciuman. Awalnya Indah merasa canggiung, namun lama kelamaan mulai membalas ciuman Dian.

Hujaman penisku kini makin cepat. Kedua tanganku memegangi pinggul dian yang sungguh sexy.gerakan maju mundur dian yang menyambut penisku yang sedang melakukan penetrasi. Indah terkadang meremas payudaranya, akibat bernafsu melihat permainan kami.

"Plak plak plak", suara hantaman kedua kelamin kami makin kencang.

"Ouhhh ahhh dim aku mau dapet lagii nihh sayangg uhhh",

"Keluarin Dian aku juga bentar lagi", erangku.

"Keluarin di memekku yah bang ", kata indah memandangku sayu.
Genjotanku kian kupacu dengan cepat. Kepala dian mendongak dongak karenanya. Tak lama kemudian dian melenguh lalu berteriak.

"Arrhghh addyuhh memmekkku oughh kelluaarrr Diimmmm", dian berkelojotan lalu seketika ambruk hingga penisku terlepas dari cengkraman vaginanya.

Aku lalu segera berpindah ke Indah. Dengan sekali hujaman penisku kembali memasuki vaginanya. Aku lalu merendahkan tubuhku memeluk tubuh mungilnya. Kakinya yang mengangkang ia tumpukan pada punggungku. genjotanku pun makin kupercepat hingga akhirnya.

"Arrgg Indah keluarr dekkk",

"Uhhhhhhh" Indah melenguh saat penisku kembali menembakkan sperma yang tak sebanyak saat pertama kali tadi. Indah begitu kuat memeluk tubuhku.
Sejenak kami berdua terdiam membiarkan penisku mengecil didalam vaginanya. Pinggulku seakan ingin rontok akibat permainanku dengan Indah dan Dian. Tak lama kulepaskan penisku dari vaginanya. Dan langsung menjatuhkan diri diantara mereka yang sedang berbaring.

"Hosh hosh hosh, makasih bang", kata indah memelukku dari kanan tubuhku.

"Huu makasih dimas sayang", kata dian yang ikut memeluk tubuhku dari arah kiri.
Tak kutanggapi kata kata mereka karna aku yang begitu kelelahan dan langsung saja tertidur diantara kedua orang wanita cantik yang sedang memelukku itu.

ooo0ooo​

"Dim, dimas bangun kamu nggak kerja?", suara Dian membangunkanku dari tidurku, tubuhku masih merasa lemas akibat permainan semalam. Dengan malas aku mendudukan diri diatas ranjangku. Sementara disampingku ada dian yang masih tanpa busana hanya duduk menyandarkan tubuhnya pada dadaku. Tak kulihat sosok Indah. Mungkin saja ia sudah pulang.

"Jam berapa dian?".

"Jam setengah tujuh". Kata dian sambil mendongakan kepala menatapku.

"Aku siap siap dulu yah, trus nanti aku antar kamu pulang", kataku sambil membelai rambut panjangnya.

"Nggak usah aku bisa naik taksi kok, mandi sana gih, ntar kamu telat. Apa mau bareng mandinya?", kata Dian dengan tersenyum jahil

"Haha ya udah, mandi bareng kamu ntar makin telat aku", kataku berusaha bangkit dari ranjang lalu memakai celanaku dan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi. Aku kemudian membuatkan sarapan untukku dan Dian walau hanya beberapa potong roti diisi selai coklat juga 2 gelas susu. Dian yang telah mandi dan memakai dress yang semalam ia pakai ikut bergabung sarapan bersamaku. Ia mengambil sepotong roti lalu kemudian duduk dipangkuanku. Entah kenapa Dian sikapnya jadi seperti itu.

"Hei manja amat sih susah makan nih kalo kamu dipangku".

"Hihi, biarin gini aja aku suapin kamu tapi pake mulut.", kata dian lalu menggigit roti itu separuh dan ia biarkan separuhnya menjulur keluar. Ia lalu mencondongkan mulutnya agar aku bisa meraih sepotong roti itu. Kucoba menggigit dan mengunyah tiap potongan roti itu hingga habis.

"Udah yah, ini aku hampir telat aku telfonin taksi yah kataku pada dian yang dibalasnya dengan menganggukan kepala.

_%_​

Kini aku sedang berada di teras rumah memakai sepatuku sementara Dian berdiri sambil melihat jam tangannya. 

"Aduh mending kamu berangkat duluan aja yah dim, aku disini aja nungguin taksinya. Kasihan kamu kalo telat nanti.

"Ya sudah, kamu tunggu taksinya di rumahnya Indah saja yah", kataku sambil menunjukan rumah indah.

Setelah mengantarkan Dian kerumah Indah dengan memakai motorku dan memimta agar Indah menemaninya hingga taksi yang menjemput Dian datang aku lalu memacu motorku menuju kantorku. Ditengah kemacetan kukabari teman kantorku bahwa aku akan terlambat karna terlibat macet. Untunglah hari ini kata temanku sample yang dikerjakan sedang sedikit sehingga pekerjaanku hari ini cukup santai.

Sesampainya disana sudah ada beberapa laporan hasil analisa yang harus kuperiksa. Setelah menyelesaikan pekerjaanku. Aku mencoba berkeliling melihat situasi lab. Nampak beberapa Analis sedang mengerjakan tugasnya masing masing.
Setelah aku berkeliling mengawasi pekerjaan mereka, aku lalu kembali menuju ruanganku ada foto Sinta yang kutempelkan di meja kerjaku. Terlintas kembali bayangan bayangan video yang menyulut amarahku semalam. Satu pertanyaan dalam kepalaku, kenapa sinta bisa melakukan hal seperti itu. Aku lalu mengambil foto itu dan menyimpannya dalam tas.

Aku lalu memikirkan kembali masa masa saat aku berpacaran, moment saat kami menikah semua hal indah itu kemudian berganti dengan bayangan perselingkuhannya yang sungguh liar. Dalam hatiku mengatakan aku harus berpisah dengannya aku tak bisa lagi menerima wanita ini.

Aku kemudian berencana untuk memberi pelajaran Hendra dan juga menyadarkan sinta. Namun aku tak bisa sendiri aku butuh bantuan marcel. Kuambil handphoneku lalu menghubungi marcel lewat bbm.

Tak lama kemudian ada balasan dari marcel.

Setelah berbbm ria dengan marcel. Akupun melanjutkan pekerjaanku.

oo0oo[/quote]

Kini aku sedang duduk dikafe tempat pertama kali aku bertemu dengan marcel. Sambil meminum kopi hitam sambil menikmati sebatang rokok, aku menunggu kedatangan Marcel. Tak berapa lama Marcel pun muncul bersama Linda dan juga Dian.

"Udah lama lo?, sorry yah tadi ngejemput Dian dulu dari suatu tempat".

"Iya, duduk cel ada yang ingin gue omongin" .
Marcel pun duduk bersama linda diseberangku. Sementara Dian duduk disampingku. Aku lalu memberitahu rencanaku pada mereka. Linda begitu kaget dengan rencanaku. Sementara itu Marcel memasang ekspresi datar dan Dian yang duduk disebelahku entah sejak kapan sudah menggenggam tangan kananku.

"Lo yakin Dim?, urusan hendra ama bininya bisa gue handle tapi untuk urusan Bini lo apa lo udah yakin".

"Lebih baik berpisah cel, daripada aku harus menjalani pernikahan yang rasa cinta dari salah satu pihak sudah hilang, gue tetep tanggung jawab ama anak gue kok".

"Iya dim gue tau tapi apakah lo bakalan pake cara ini buat berpisah dim?".

"Ini buat pelajaran kemereka cel, sebagai pembelajaran dan pembalasan atas perbuatan mereka".

"Hmm ya sudah kalo memang keinginan lo seperti itu. Tapi gue mohon yah jangan maen tangan nanti biar gue aja, gue tau lo bisa hilangin nyawa hendra kalo lo udah maen tangan".

"Iya cel, nggak kok".

"Eh udah jam segini, gue bisa minta tolong nggak anterin Dian pulang soalnya takut kemalaman gue ampe di kota tempat tinggal orang tuanya linda, Dian lo dianterin Dimas yah".

"Iya udah sana kasian Linda dia pasti khawatir", kata Dian.
Marcel dan Lindapun pergi meninggalkanku bersama Dian. Sejenak akupun berbincang dengan Dian menyakan jam berapa dia pulang tadi pagi. Dian pun juga menceritakan saat di rumah Indah dia banyak membicarakanku dengan Indah.dan juga sempat berkenalan dengan Andi.

"Ngomong ngomong kamu dari mana Dian?", tanyaku melihatnya memakai jeans hitam dan kemeja hitam.

"Dari makam suamiku dim".

Aku begitu terkejut. Aku kira dian belumlah menikah ternyata sudah dan bahkan ia menyandang status janda.

"Hihi kaget gitu mukanya. Yok anterin aku pulang nanti aku bakalan cerita dikosanku", kata dian sambil menarik tanganku.

Setelah membayar pesananku. Aku dan dian bergegas menuju rumah mertuaku untuk mengambil helm. Kutelusuri jalan jalan kecil untuk menghindari razia polisi. Karna saat ini aku membonceng Dian tanpa Helm, selama diperjalanan dian memeluk tubuhku begitu erat, entah karena kedinginan atau karena apa.

Sesampainya di halaman rumahku aku melihat istriku Sinta sedang berdiri didepan pintu rumah sambil menggendong Nina. Saat turun dari motor Dian membuka dua kancing bagian atas bajunya sehingga bagian atas payudara besarnya terlihat. Saat aku berjalan menuju rumahku pun dian merangkul lenganku. Dapat kulihat ekspresi Sinta yang tak senang dengan perlakuan Dian padaku.

"Dari mana sayang, ditelfon kok nggak diangkat", kata sinta. Entah kenapa saat menyebut kata sayang sudah tak ada lagi rasa senang di hatiku. Kusuruh dian menungguku diluar. Aku lalu masuk ke rumah diikuti oleh sinta.

"Kenapa nggak dijawab mas tadi pertanyaanku lagi pula perempuan itu siapa mas?, nggak malu malunya ngegandeng suami orang".

Aku hanya diam saja dan mengganti baju kerjaku dengan kaos oblong dan juga celana jeans. Aku lalu mengambil 2 buah jaket satu untukku dan satunya lagi untuk Dian.

"Mas, kamu kenapa sih?".

Ingin ku berteriak didepannya. Namun ada nina yang sedang ia gendong, aku tak ingin anakku melihat kemarahanku.

"Mas mau kemana, mau jalan ama cewek yang kayak pelacur itu yah, iyakan?".

"Apa bedanya dia ama kamu?" Kataku.

"Maksud mas?",

"Pelacur itu kan yang senang jalan dengan suami orang dan bahkan tidur dengan suami orang?, lalu apa bedanya dengan kamu?", kataku dengan nada datar sambil kutatap tajam mata Sinta. Dapat kulihat ada sedikit raut ketakutan pada wajahnya.

"Aaku nggak seperti itu mas?", kata Sinta seperti ingin menangis.

"Yakin?", tanyaku lagi. Namun sinta Diam saja.

Aku lalu segera pergi dari rumah mertuaku membawakan Dian jaket dan juga helm untuknya. Kami kemudian meninggalkan rumah dan menuju kosan tempat Dian tinggal. Sesampainya disana, Dian menyuruhku menunggu didepan pintu kamarnya dan menutup pintu. Cukup lama aku menunggu hingga kemudian pintu itupun terbuka. Dian kini hanya memakai tanktop berwarna hitam dan juga hotpants berwarna putih. Ia lalu menyuruhku masuk dan menutup pintu.
Suasana dikamar Dian cukup nyaman. Kulihat ada sebuah bingkai yang cukup besar yang tertempel di dinding, didalamnya ada foto dian dan seorang lelaki tampan dengan pose yang cukup mesra. Mereka nampak sedang bergandengan tangan membelakangi sebuah matahari senja di sebuah pantai.

"Nggak apa nih Dian aku malam malam bertamu",

"Haha santai aja Dimas, disini bebas kok paling ntar tengah malem lo bakalan dengerin suara cewek ngedesah", kata dian sambil tersenyum jahil dan kemudian duduk disampingku. Ia nampak memegang secarik kertas yang sudah usang. Dian menyandarkan kepalanya di bahuku sambil menatap foto yang ada didinding.

"Aku tau kamu pasti bertanya tanya laki laki itu siapakan, dia itu almarhum suamiku",

"Apa penyebab kematiannya Dian?".

"Dia bunuh Diri", kata dian dengan suara lirih. Aku begitu terkejut mendengarnya.

"Namanya Gunawan. Laki laki paling baik yang aku kenal, kami berdua ada sahabat sejak Sma. Suatu saat gunawan menemaniku menghadiri pesta temanku. Aku dan dia sama sama mabuk saat itu. Kami kemudian berhubungan badan dan aku hamil",
Dian mulai menceritakan masa lalunya. Terdengar suaranya yang seperti ingin menahan tangis.

"Udah Dian nggak usah cerita kalo bikin kamu sedih".

"Nggak apa dimas", kata dian mencium pipiku lalu mulai melanjutkan ceritanya.

"Saat itu aku ingin menggugurkannya namun Gunawan menahanku. Ia lalu bilang bahwa ia siap bertanggung jawab. Kami berdua lalu menemui orang tua kami. Namun apa yang kami dapat kami berdua diusir dari rumah. Kamipun pergi kekota ini".

"Kami kemudian menikah disaksikan oleh 2 orang teman gunawan dan temanku yang ada dikota ini. Hanya ijab kabul saja tanpa pesta. Gunawanpun bekerja sebagai supir taxi saat itu setelah kami menikah. Walaupun kehidupan kami sederhana aku bahagia sampai pada suatu saat aku mengalami keguguran akibat terjatuh".

"Gunawan harus membiayai operasiku dengan berutang sana sini, ia menyemangatiku karna shock harus kehilangan anak kami. Disitulah kami dan orang tua kami akur kembali. Untuk membantu gunawan membayar hutang, akupun ikut bekerja, awalnya sebagai Spg lalu menjadi Lc ditempatku bekerja sekarang.

"Lama kelamaan, kami mampu membayar hutang kami, namun aku yang sudah terlena dengan pendapatan yang kudapat menjadi LC menjadikanku gelap mata. Gunawan menyarankanku berhenti bekerja namun aku tak mempedulikannya".

"Aku lalu bertemu dengan seorang pengusaha kaya di karokean. Ia mengiming imingiku banyak uang asalkan bisa mencicipi tubuhku. Akupun mengiyakan. Terkadang kami main dihotel atau divilla miliknya. Kami terus berhubungan hingga suatu hari Aku menaiki taksi yag dikendarai oleh gunawan bersama pengusaha kaya itu. Entah mengapa gunawan Diam saja saat melihat si pengusaha itu mencumbuiku yang duduk di kursi belakang. Gunawan mengantarkan kami kehotel. Ingin aku sebenarnya berlari mengejar Gunawan tapi aku sudah diseret masuk oleh pengusaha itu."

"Hiks dalam benakku ini adalah yang terakhir, begitu kata hatiku dim, hiks tapi semua sudah terlambat, saat aku pulang aku menemukan Gunawan hiks bersimbah darah. Ia memotong urat nadinya sendiri hiks".

Dian menangis, ini pertama kalinya kulihat Dian menangis seperti itu.

"Huu dia hiks hanya meninggalkan hiks surat ini", kata Dian sambil menyerahkanku secarik kertas. Aku kemudian membaca surat itu.

Dian maaf yah aku harus pergi ninggalin kamu, ntah harus kuapakan rasa sakit hatiku
Dian, semoga kamu bahagia yah dengan lelaki itu, aku lihat dia laki laki yang kaya yang bisa nyengin kamu, bahagiain kamu.
Dian jangan sedih yah sayang, aku minta maaf belum pernah bisa ngebahagiain kamu
Maaf, dan hanya maaf yah yang bisa aku ucapkan.
Selamat tinggal dian hanya kamulah satu satunya wanita yang kusayangi.
Love u always


Dian sudah menangis tersedu sedu disampingku. Aku merangkulnya mencoba menenangkannya.

"Sudah jangan menangis, jangan sedih, jadikan pengalaman buatmu untuk lebih menghargai pasanganmu.

"Hiks dim, tahukah kamu kalau aku menemukan kembali hiks sosok gunawan dalam dirimu, aku seperti melihat diriku dulu saat hiks melihat sinta, aku mohon jangan berbuat bodoh hiks yah"

"Iya dian, mending kamu tidur yah".

"Temani aku malam ini Dim yah".

Aku hanya mengangguk saja. Kami lalu berpindah ke ranjang, aku berbaring terlentang sementara dian menyandarkan kepalanya didadaku dan mulai tertidur saat tanganku membelai belai rambutnya. Setelah kurasakan cukup pegal pada bahuku aku lalu memindahkan kepala dian kebantal yang ada disampingku.

Akupun lalu turun dari ranjang dan membakar rokokku. Dian aku tak menyangka, wanita yang selalu kuanggap hidupnya senang menyimpan kenangan pahit seperti itu. Aku hanya berharap dia menemukan laki laki yang baik sebagai pengganti suaminya.
Dalam kepulan asap rokok aku termenung memikirkan rencanaku lagi, rencana yang mungkin bisa dibilang sebagai "hadiah" aniversary terakhir buat sinta. Semoga ia sadar akan perbuatannya.


Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar

 
Kazeros © 2011 Templates | uzanc