Senin, 19 Desember 2016

BAHTERA RUMAH TANGGAKU Episode 6

EPISODE 6​

Flashback



Pov marcel


"Dikit lagi nyampe rumahnya dimas, beneran mau ngajakin dia sayang?", kataku pada Linda yang hari ini merayakan hari keberhasilannya dalam ujian skripsi.

"Iya, kan dia sahabat kamu sayang, biar adil kan aku juga ngajakin kaka angkat sekaligus sahabat aku yang lagi senyum senyum sendiri dibelakang". Kata Linda sambil melirik Dian yang duduk di kursi belakang.

"Ih siapa juga yang senyum senyum sendiri". Kata dian dengan nada manja.
Tak berapa lama kami sudah sampai di gang yang menjadi jalan masuk menuju rumah dimas. Kulihat didepan rumah dimas ada sebuah mobil dan motor yang terparkir di depannya.

"Kayaknya dimas lagi ada tamu, coba gue telfon dulu". Kataku

Beberapa kali aku menghubunginya namun tak diangkat olehnya. Akhirnya kuputuskan agar kami masuk saja kerumahnya. Belum sempat aku mengetuk pintu aku dikagetkan oleh suara seperti orang bertepuk tangan dan juga orang tertawa terbahak bahak. Kuberi isyarat pada linda dan dian untuk diam. Aku lalu mencoba mengintip melalui sela sela gorden yang ada pada sebuah jendela yang cukup besar di samping kananku.

Aku terperangah melihat istri dimas tengah menari dikelilingi oleh 3 orang pria berumur 40 atau 50 an dan juga 2 orang anak muda yang mungkin sedikit diatas umur linda yang masih berumur 21, entah mereka 24 atau 25 an. Tubuh istri dimas yang sudah telanjang bulat meliuk liuk, bergoyang erotis didepan para pria yang masih berpakaian lengkap duduk mengelilinginya di sofa yang ada di ruang tamu itu sambil merokok.

"Liatkan pak, nggak sia sia saya ajakin. Untung si perek ini ngabarin kalo suaminya lagi nggak ada"

"Hahah beruntung sekali pak hendra ini, kalo begini urusannya kerja sama kita 80 persen bisa jalan nih"

"Loh kok cuma 80 persen pak, harus deal dong".

"Oh tidak bisa, sekertaris bapak harus ngelayanin kami dulu pak, saya ama kedua orang anak buah saya.

"Ya sudah silahkan saya dan supir saya ini pak karto udah sering banget nyicipin badan sinta kok". Kata orang yang disapa hendra ini menepuk bahu pria tua kurus yang duduk disampingnya.

Pria yang berbicara dengan pak hendra tadi kemudian menarik sinta ke pangkuannya dan langsung menghisap kedua payudaranya. Sementara hendra sedang sibuk merekam aksi mereka melalui sebuah handycam yang ia keluarkan dari sebuah tas kecil.

"Uhhh sshh enak kan pak susuku. Oughh" kata sinta sambil merangkul bapak berperawakan gendut itu.
Sinta kemudian memberi isyarat pada dua orang pemuda itu untuk mendekatinya. Dengan tergesa gesa ke dua bodyguard itu melepas celana panjangnya dan mengeluarkan penis mereka yang cukup besar. Sinta yang sedang dikerjai payudaranya kemudian mengocok penis kedua lelaki itu.
Kedua orang itu mendongakkan kepala mengekspresikan kenikmatan yang mereka rasakan. Sinta kemudian melahap tongkol besar salah satu pemuda yang berdiri di sisi kirinya. Mengulum dan menjilat batang itu dengan rakus.

"Haha, kamu memang sudah ketagihan kontol gede sinta, dasar suami lagi jagain orang sakit disini malah ngulum kontol laki laki lain". Kata pak hendra sambil tetap mengarahkan handycamnya.

"Aduh bu enak banget kontolku disedot sedot". Kata pemuda yang diisap kemaluannya itu.
Sinta bergantian menjilati penis kedua lelaki itu. Sementara itu pria buncit yang sedang memangku sinta sudah mencupangi kedua daging bulat yang ada pada dada sinta.
Sinta kemudian turun dari pangkuan pria buncit itu membuka celananya dan ternyata penis lelaki buncit itu kecil mungkin sekitar 10 centi saja. Kulihat cinta kemudian bersimpuh didepan laki laki berpenis kecil itu mulai mengulumnya. Kedua pemuda tadi kemudian mengarahkan badan sinta agar sedikit menungging. Salah satu pemuda kemudian dengan sekali hentakan melesakkan penisnya, membuat sinta melepas kulumannya dan mendongal keatas.

"Ahh uuhh sshh nakal ih main masukiin aja ke memekku uuhh trus goyang sayang". Kata sinta sambil menoleh kebelakang
Sinta kemudian kembali mengulum pria buncit yang duduk di depannya, sementara pemuda yang lain dikocok penisnya oleh sinta.

"Uhh enak banget pak memeknya,". Ceracau si pemuda yang asik menggenjot kemaluan sinta.

"Ahh enak banget lo, kocokan tangannya nikmat gimana memeknya". Kata pemuda lain.

"Iiiyya uhh trus sinta isap kontolku". Kata si pria buncit.

"Hnngg uuhmmpp", sinta hanya melenguh.
Sang pemuda yang menggenjot sinta mempercepat kocokannya dan kemudian tiba tiba ia mengejan. "Uhhhh terima pejuhku buu ahhh". Dapat kulihat ia mengeluarkan pejuhnya dalam kemaluan sinta yang masih asik mengulum penis pria buncit dan pemuda yang satunya.

"Ahhaha pasti nikmat sekali itu, iya kan pak karto". Kata pak hendra sambil menoleh ke arah pria tua kurus yang mengocok kontol besarnya.

"Uhhh banyak banget pejuhnya, sekarang pak bos entot bool ku yah". Kata sinta sambil berdiri membelakangi sang pria buncit ia kemudian meraih penis lelaki itu ia posisikan pas menusuk lubang anusnya. Sinta dengan posisi dipangku pria buncit yang tengah menggenjot lubang analnya mengangkangkan kaki. Ia membuka lebar pintu masuk vaginanya pada pria yang dikocok penisnya tadi. Si pemuda itu kemudian memposisikan batangnya menerobos masuk vagina sinta.

"Uhhh kedua lubangku dihajar kontol, trus sayang uuhh genjoot" erang sinta.

"Aduh bool sekertarismu enak banget pak hendra". Desah pria buncit itu

"Ahhh lebih cepat sayang hajar trus memekku uhhj yaaaahh dikitt lagii ouuuggghhh kellluaarrr". Kata sinta yang berkelojotan diatas pangkuan pria buncit itu akibat hantaman penis pemuda bertubuh kekar sepertiku itu.

Aku tak menyangka istri dimas benar benar liar, dan memang ternyata aku tak salah lihat saat aku berada di salon ketika menemani linda. Pria yang bernama hendra itulah yang meremas pantat sinta waktu itu. Pantas saja saat aku dikenalkan dimas pada sinta, aku sedikit berpikir kalau aku pernah melihatnya.

Aku hampir saja tersentak kaget saat dian menyentuh pelan bahuku dan kemudian memberi isyarat dengan matanya apa yang sebenarnya terjadi didalam. Karna aku tak menjawab dian menggantikan posisiku. Ia menutup mulutnya, matanya terbelalak melihat pemandangan didalam. Tak lama kemudian linda menggantikan posisi dian mengintip.

"Yang didalam itu istrinya dimas, cel?", kata dian berbisik padaku.

Kuanggukan kepalaku menjawab pertanyaan dian, aku memikirkan perasaan sahabatku dimas jika ia melihat kejadian ini, yang kutahu pasti dimas tak akan membiarkan semua lelaki yang didalam itu hidup. Dimas adalah pribadi yang tenang dan baik, namun ketika marah bahkan akupun yang memiliki postur badan yang lebih besar ini tak akan mampu menahannya saat ia marah.

"Eh eh ada yang mau keluar gimana nih". Kata linda mengaggetkan kami. Aku kemudian bersama mereka berlari keluar dari rumah dimas dan masuk kembali ke mobil. Kulihat pria tua tadi merokok bersandar di mobil yang terparkir diluar halaman rumah dimas.

Tak lama kemudian kedua pemuda yang tadi kulihat ikut bergabung bersamanya, aku tak tahu apa lagi yang dilakukan pak hendra dan si pria buncit didalam namun yang pasti mereka sedang memacu birahi. Aku kemudian memacu mobilku meninggalkan rumah dimas.

***​

Masa sekarang

Pov Dimas

kuteguk kopiku dengan tangan bergetar, dengan nada suara pelan marcel dengan detil peristiwa yang ia lihatnya semalam. Aku masih belum mempercayai setiap ucapan marcel, benarkah demikian. Istri yang begitu kusayangi dan kucintai melakukan perselingkuhan gila di rumah kami saat aku tak ada, apakah kejadian tempo lalu yang kualami adalah kenyataan dan bukan mimpi. Aku bingung.
Kupegang kepalaku, rasa pening menghinggapi diriku. Dian yang duduk disampingku mencoba mengelus kepalaku namun kutepis. Kupandangi marcel dengan tatapan tajam akibat emosiku yang mulai tak stabil mendengar ceritanya.

"Lo punya bukti cel?". Kataku dengan suara berat akibat emosi yang kutahan.
Mereka hanya berpandangan satu sama lain. Marcel menggelengkan kepalanya. Aku kemudian berdiri dan berjalan melewati dian. Aku lalu membayar pesanan kopiku. 

"Dim, gue emang nggak punya bukti tapi percaya dim, kita udah sahabatan lama. Nggak mungkin gue bohongin lo". Kata marcel saat aku berjalan melewati meja mereka. Aku hanya diam tak tau harus berkata apa. 

Kutinggalkan mereka yang masih duduk disana. Kuabaikan panggilan dian yang memanggil manggil namaku. Aku terus saja berjalan menuju parkiran. Sesampainya disana airmataku menetes. Aku menangis. Benarkah sinta melakukan itu semua.

Dalam tangis kutinggalkan mall itu menuju rumah mertuaku. Sesampainya disana mereka bertanya mengapa mataku memerah. Aku hanya bilang kalau mataku kemasukan debu dijalan. Aku kemudian menggendong nina. Yah hanya nina, anakku satu satunya yang meredam emosiku tadi. Ia hanya tertawa sambil menepuk nepuk pipiku. Wajah nina benar benar mirip dengan sinta saat anakku itu tersenyum.

"Hmmnggs, ayo nina sayang coba bilang papa". Kataku pada nina.
Nina hanya memandangiku lalu menggelendot manja dan menempelkan kepalanya pada leherku. Kupeluk erat nina sambil kugoyang goyangkan pelan tubuhnya.

"Anak papa udah semakin gede, harus bisa ngomong mamah papah yah". Kataku sambil tetap mengayunkan pelan tubuhku. Tak terasa nina tertidur di pelukannku. Kubaringkan ia di ranjang tidurnya. Aku kemudian merebahkan diriku mencoba terlelap dan mengistirahatkan kepalaku.

Aku terbangun sekitar sore hari, kulihat nina sudah tak ada dikeranjang bayinya, saat aku keluar kamar ternyata sinta sudah pulang dan menggendong nina. Aku kemudian mendekati mereka, kucium kening anakku lalu sinta.

"Udah lama pulangnya sayang?". Tanyaku pada sinta.

"Baru aja kok sayang, mandi dulu ih bau iler". Kata sinta sambil mendorongku pelan dan memasang mimik wajah pura pura jijik.

"Bareng yuk mandinya", kataku usil, sebenarnya aku ingin membuktikan kebenaran cerita marcel, selama seminggu ini juga aku belum pernah lagi melihat tubuh telanjangnya.

"Hihi genit ah, ntar aja kamu aja duluan. Ini kasihan nina ditinggal sendiri, ibu bapak baru aja tadi keluar". Kata sinta menolak ajakanku. Aku sebenarnya ingin memaksanya namun ia sedang sibuk menjaga nina, kuputuskan untuk mandi saja.

Setelah selesai mandi, aku melihat ada beberapa pesan dan bbm dari marcel dan dian yang menanyakan aku ada dimana, aku kemudian membelas singkat dengan menjawab bahwa aku sedang berada di rumah orang tua sinta. Selang tak lama marcel mengirimkanku pesan bertanya dimana istriku bekerja aku kemudian membalasnya memberitahukan tempat kerja istriku.

Malam mulai menjelang, aku bermaksud untuk menjenguk indah di rumah sakit tempat ia dirawat, karena suaminya pasti akan pergi bekerja aku lalu meminta izin pada sinta.

"Sayang, aku ke rumah sakit tempat indah dirawat dulu yah kasian nggak ada yang jaga".

"Huh kok kamu perhatian banget sih ke dia, kan ada suaminya sayang lagi pula kemana orang tuanya kok nggak tau kalo anaknya lagi dirumah sakit sih", protes sinta.

"Jangan cemburu dong, indah udah aku anggap kayak adik sendiri". 

"Ya udah kesana aja kalo memang mau, hati hati". Kata sinta. 
Kucium pipinya dan kugenggam tangannya sambil kupandangi ia yang juga menatapku, aku kemudian berkata.

"Aku sayang sama kamu sinta, sangat sayang".

Ada perubahan ekspresi yang kulihat pada wajahnya, ia hanya menunduk setelah aku mengatakan hal itu padanya, kuangkat dagunya dan bertanya ia kenapa. Sinta malah menelukku. Lalu mendorongku pelan dan berkata. "Iya aku juga sayang sama kamu dimas, kasian indah disana, jagain dia. Kamu hati hati,".

Aku memakai jaketku dan segara keluar dari rumah, setelah memanaskan mesin motorku, aku memacu motorku menuju rumah sakit. Sesampainya disana aku bertemu dengan andi yang sedang berjalan keluar dari area rumah sakit. Ia lalu mengajakku sejenak duduk di bangku taman yang ada di sana.

"Bang dimas, gue mau bilang terima kasih karna semua perhatian mas ke indah, saya memang suami yang bodoh". Kata andi.

"Udahlah ndi, nggak usah dipikirin yang penting setelah ini loe perlakuin dengan baik istri loe, kalo gue boleh tau loe apain istri loe selama seminggu".

"Iya bang, tapi saya mohon abang jangan pukul saya lagi, pukulan abang sakit banget masih kerasa sampe sekarang".

Kuanggukan kepalaku menjawab permohonan andi, ia mulai bercerita atas apa yang ia perbuat. Aku benar benar terkejut saat ia menceritakan bagaimana ia menarik paksa indah dan membekap mulutnya. Memasukkannya kegudang, mengikat tangan indah. Lalu menyetubuhinya sambil beberapa kali memukuli indah, selama seminggu indah hanya diberi air minum saja. Aku benar benar tak percaya, sampai setega itu ia pada indah.

"Semua hiks itu aku lakuin karna aku cemburu bang, indah selalu saja ngebandingin gue ama abang, gue takut indah ninggalin gue bang, apalagi gue punya kekurangan. " kata andi dengan sedikit terisak.

"Emang apa kekurangan loe ndi".

"Buat hal itu bang, gue udah bilang ke indah, dan gue mohon bantuan abang. Gue udah bicarain ama indah dan tinggal nunggu persetujuan abang. Sekarang gue mau berangkat kerja dulu", kata andi yang beranjak bangkit dari kursi. Namun ia tiba tiba saja memegang pundakku dan berkata "Tolong jagain indah bang buat malam ini saja karna besok, gue mau ambil izin buat jagain indah nanti ampe indah sembuh, pamit dulu". Kata andi yang kemudian pergi meninggalkanku.

Aku lalu menuju ruangan indah,nampak hanya indah sajalah yang mengisi ruangan itu sementara pasien yang semalam aku lihat sudah tak ada lagi.

"Gimana kamu udah enakan dek". Kataku yang melihat sedang duduk membaca majalah yang ada disana.

"Udah bang, alhamdulilah udah mulai sehat, abang ketemu nggak ama andi?". Kata indah tersenyum tipis.

"Udah tadi juga sempat ngobrol makanya lama".

"Hooh, pasti andi sudah cerita banyak ke abang kan".

"Ya gitu dek, hehe".

Aku kemudian menceritakan apa saja yang aku bicarakan dengan andi tadi pada indah. Selesai aku menceritakannya. Kulihat indah melepas nafasnya seakan akan lega.
"Sebenarnya maksud andi apa dek?, apa kekurangan dia?, dan maaf kenapa kamu terima saja diperlakukan seperti itu?".

"Aku menerima perlakuan andi, karena aku memang cinta dan sayang sama dia bang, sekeras apapun dia padaku. Andi adalah orang yang paling berharga dalam hidupku selain orang tuaku, karna ia penyelamatku saat dulu aku hampir saja diperkosa, andi sebenarnya laki laki yang baik bang,ia berubah karena tekanan orang tuaku dan orang tuanya juga karena ingin segera mendapatkan cucu, karna ternyata ia memiliki kekurangan bang". Kata indah

"Maksud kamu indah?".

"Andi mandul bang", Kata kata indah sontak membuatku terkejut.
Indah kemudian menceritakan saat usia pernikahannya menginjak setahun. Ia dan andi memeriksakan diri mereka ke dokter karena ingin tahu kenapa mereka belum juga mendapatkan momongan. Andi begitu syok setelah diberitahu bahwa spermanya kurang subur dan baik akibat ia yang seorang perokok berat sehingga mempengaruhi spermanya. 

"Satu lagi bang, maksud andi meminta tolong pada abang adalah untuk". Kata indah terpotong. Ia menghela nafas. "Menghamili aku bang".

Aku terdiam tak percaya akan kata kata indah. Cobaan apa lagi yang menerpa bahtera rumah tanggaku ini.



[size=+2]bersambung[/size]​

0 komentar:

Posting Komentar

 
Kazeros © 2011 Templates | uzanc